Empati Sejak Dini: Cerita Anak-anak Salatiga Lawan Perundungan Lewat Konferensi ‘Find The Code'
2025-11-07 06:55:31
SALATIGA,analyst - Permasalahan kekerasan anak di Indonesia dari tahun ke tahun kian mengkhawatirkan, baik kekerasan dari lingkungan tempat ia bertumbuh maupun perundungan (bullying).Data yang bersumber dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menunjukkan peningkatan signifikan kasus kekerasan dan bullying di lingkungan pendidikan dalam beberapa tahun terakhir.Pada tahun 2024, JPPI mencatat kasus kekerasan mencapai lebih dari 100 persen dibandingkan tahun 2023.Sedangkan riset Kemendikbudristek 2022 mengungkapkan bahwa 36,31 persen siswa berpotensi mengalami perundungan dalam berbagai bentuk, baik verbal, fisik, maupun cyberbullying.Di tengah gempuran permasalahan anak, pelibatan suara anak secara langsung seringkali justru terdengar paling pelan.Sekelompok siswa dari SMP Arunika Salatiga memilih untuk tidak tinggal diam.Baca juga: Tiga Pekan Menanti, Keluarga Bocah SD di Wonosobo yang Diduga Korban Bullying Gelisah Tunggu Hasil OtopsiMereka menginisiasi sebuah konferensi unik bertajuk "FIND THE CODE: Konferensi Anak untuk Membaca Dunia dan Menciptakan Solusi."Konferensi ini diikuti oleh siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) dari berbagai sekolah di Kota Salatiga dan sekitarnya, yang berlangsung di Gedung KH Ahmad Dahlan UIN Salatiga, beralamat di Jl Lingkar Selatan Salatiga Km 2, Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, pada Sabtu (1/11/2025).Ini bukanlah konferensi biasa yang biasanya diinisiasi oleh orang dewasa.Sebanyak ratusan siswa SD dan SMP dari Kota Salatiga dan sekitarnya berkumpul untuk melakukan partisipasi bermakna sebagai "Detektif Perubahan" dalam permasalahan anak.Valentina Laras Gita Andaru, Kepala Sekolah SMP Arunika Salatiga, menjelaskan pentingnya mendengarkan langsung suara anak terhadap permasalahannya tanpa mengkerdilkannya.“Konferensi anak ini penting karena justru suara anaklah yang perlu didengar oleh kita orang dewasa, dan kegiatan ini juga jadi investasi jangka panjang supaya sedini mungkin anak memiliki empati, mengenal diri dengan baik sehingga nanti ketika kembali ke sekolah masing-masing, setiap anak menjadi agen perubahan dan membawa ide-ide yang bisa diterapkan di sekolah masing-masing,” ungkapnya.Baca juga: Begini Cara Singapura dan Jepang Atasi Kasus Bullying di SekolahSeusai konferensi, anak-anak membacakan deklarasi agar orang tua mendengarkan tuntutan anak-anak dari hasil konferensi.Kepala sekolah menjelaskan hal ini agar orang tua lebih mendengarkan keluhan anak terhadap masalah yang dihadapinya.“Harapannya di rumah, orang tua lebih banyak mendengarkan anak, supaya rumah jadi tempat nyaman untuk pulang dan berbagi cerita. Kami juga berharap dinas terkait bisa membuka hotline untuk memberikan pelayanan konsultasi gratis agar para remaja ini mendapatkan ruang bercerita pribadinya,” tambahnya.