TOP

Kemenag Luncurkan Program Pendanaan Riset Indonesia Bangkit, Dorong SDM Menuju Indonesia Emas 2045

2025-11-07 06:59:09
– Kementerian Agama (Kemenag) RI meluncurkan program Ministry of Religious Affairs The startupAwakened Indonesia Research Funds (MoRA The Air Funds Program) atau Program Pendanaan Riset Indonesia Bangkit sebagai langkah strategis memperkuat kapasitas riset nasional di bidang keagamaan, sosial, dan kemasyarakatan.Program tersebut merupakan kolaborasi antara Kemenag dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berdaya saing untuk menyongsong visi Indonesia Emas 2045.Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Prof Sahiron mengatakan, keberhasilan Indonesia mencapai visi besar 2045 bergantung pada ketersediaan SDM berkualitas dan produktif.“SDM menjadi kata kunci agar Indonesia tetap eksis dapat bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Riset menjadi hal yang strategis untuk menjadi arus utama dalam rangka menjamin tumbuhnya SDM berkualitas dan berdaya saing,” ujar Sahiron dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (20/10/2025).Menurutnya, bonus demografi yang diprediksi terjadi di Indonesia pada dua dekade mendatang merupakan peluang sekaligus tantangan besar.McKinsey memperkirakan, pada 2045, jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun) jauh lebih besar dibandingkan penduduk usia nonproduktif (0–15 tahun dan di atas 64 tahun).Namun, data menunjukkan bahwa rasio penduduk Indonesia bergelar magister (S2) atau doktor (S3) dari kelompok usia produktif baru mencapai 0,49 persen, tertinggal dari Malaysia, Vietnam, dan Thailand (2,43 persen), serta jauh di bawah negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan Jerman (9,8 persen).Sahiron menegaskan bahwa kondisi tersebut menjadi dorongan bagi Kemenag untuk memperkuat riset di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) agar mampu melahirkan inovasi dan pemikiran yang berkontribusi bagi kemajuan bangsa.Langkah nyata KemenagMenyadari tantangan besar dalam pengembangan SDM unggul tersebut, Kemenag berkolaborasi dengan LPDP menghadirkan MoRA The Air Funds Program, yang menjadi wadah pendanaan riset berbasis mandat kementerian di bidang keagamaan.Program tersebut menjadi langkah nyata dalam mengintegrasikan kebijakan riset, tata kelola yang baik, dan dukungan pendanaan yang berkelanjutan.Pelaksanaan program tersebut dilakukan melalui Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) yang bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.Puspenma bertanggung jawab mengelola pembiayaan strategis terkait pengembangan SDM di sektor pendidikan keagamaan.Lembaga tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 25 Tahun 2024 dan diperbarui melalui PMA Nomor 33 Tahun 2024, dengan posisi di bawah Sekretaris Jenderal Kemenag.“Program ini menjadi terobosan penting bagi Kementerian Agama RI dalam kerangka menyelesaikan problem-problem kemasyarakatan, keagamaan, dan kebangsaan berbasis riset,” kata Sahiron.Ia menambahkan, lahirnya program tersebut didasari oleh tantangan dunia Pendidikan Tinggi Keagamaan (PTK) dan Ma’had Aly yang semakin kompleks, tidak hanya soal perluasan akses, tetapi juga peningkatan mutu dan daya saing.Menurut Sahiron, riset menjadi pilar penting dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus diperkuat.Perguruan Tinggi Keagamaan, lanjutnya, telah lama mengembangkan penelitian di berbagai bidang, baik nasional maupun internasional, yang relevan dengan isu-isu kebangsaan dan global.MoRA The Air Funds memiliki tiga tujuan utama. Pertama, meningkatkan kualitas sumber daya riset melalui pengembangan penelitian yang kontributif bagi ilmu pengetahuan, masyarakat, dan daya saing bangsa.Kedua, mempercepat peningkatan kapasitas riset di lingkungan PTK dan Ma’had Aly.Ketiga, memperbanyak hasil riset dalam bentuk publikasi ilmiah internasional, paten, maupun naskah akademik yang dapat digunakan dalam perumusan kebijakan publik.Program tersebut juga dirancang untuk memperkuat kapasitas dan daya saing perguruan tinggi keagamaan dalam mengembangkan keilmuan di bidang sosial humaniora, sains dan teknologi, ekonomi, lingkungan, serta kebijakan layanan pendidikan dan keagamaan.Prioritas riset dan anggaranKepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Kemenag Ruchman Basori menjelaskan, program tersebut mendapat dukungan kuat dari LPDP dalam bentuk pendanaan multiyears.Selama periode 2024–2026, Kemenag mendapat amanah pendanaan sebesar Rp 50 miliar per tahun.Pada Tahun Anggaran 2024, dana tersebut telah digunakan untuk mendanai 47 tema penelitian dengan 201 peneliti dari 20 PTK dan 1 Fakultas Agama Islam (FAI) di perguruan tinggi umum.“Ke depan diharapkan LPDP memberikan alokasi anggaran yang lebih besar, mengingat jumlah PTK di bawah Kemenag mencapai 1.000 perguruan tinggi dengan jumlah dosen puluhan ribu. Hal ini menjadi langkah strategis menguatkan riset-riset inovatif di bidang keagamaan, sosial humaniora, dan tentu juga sains dan teknologi,” kata Ruchman.Dok. Kemenag MoRA The Air Funds Program, kolaborasi Kementerian Agama RI dan LPDP yang bertujuan meningkatkan kualitas riset, inovasi, dan publikasi internasional di lingkungan perguruan tinggi keagamaan.Ia menjelaskan, ada empat tema prioritas riset utama dalam program MoRA The Air Funds, yakni Sains dan Teknologi, Sosial Humaniora, Ekonomi dan Lingkungan, serta Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan.Pada bidang Sosial Humaniora, terdapat 19 tema penelitian yang mencakup pendidikan transformatif, demokrasi dan identitas bangsa, budaya keberagamaan, hukum yang berkeadilan, kearifan lokal, hingga penguatan karakter bangsa.Sementara bidang Sains dan Teknologi memuat 11 tema, seperti pengembangan teknologi kesehatan, pertanian, kemaritiman, keamanan informasi, hingga saintifikasi jamu dan teknologi big data.Di bidang Ekonomi dan Lingkungan, terdapat 13 tema yang berfokus pada ekonomi syariah, green economy, perubahan iklim, pengelolaan limbah, pemberdayaan perempuan, dan UMKM berbasis digital.Sementara, bidang Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan mencakup evaluasi kebijakan madrasah, pesantren, pendidikan agama di sekolah, penyelenggaraan haji, moderasi beragama, hingga kebijakan keagamaan daerah.Ruchman menuturkan, isu riset nasional periode 2025–2029 diharapkan sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang berfokus pada penurunan kemiskinan, peningkatan SDM, serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.Program tersebut juga menekankan pentingnya hilirisasi hasil riset dan kolaborasi lintas sektor, termasuk perguruan tinggi umum, lembaga riset, serta dunia industri.Tahapan pelaksanaan program dilakukan sepenuhnya secara digital melalui platform eRISPRO–LPDP, mencakup tahap pengajuan proposal, desk evaluasi, penetapan, hingga pelaporan.Pendaftaran proposal riset tahun ini telah dibuka sejak 13 Oktober 2025, dan proses pengajuan berlangsung pada 23 Oktober hingga 7 November 2025.“Program MoRA The Air Funds harus dilaksanakan secara kolaboratif dan bersifat multiheliks yang terdiri dari periset PTK, lembaga riset, perguruan tinggi umum, serta Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Dengan cara ini, luaran riset dapat memberikan kemaslahatan luas dan berdampak jangka panjang,” tutur Ruchman.Ia menambahkan, penelitian yang didanai dapat diselenggarakan selama satu hingga tiga tahun (multiyears), dengan anggaran antara Rp 500 juta hingga Rp 2 miliar per proyek riset.“Proses transformasi kelembagaan PTK dari Sekolah Tinggi ke Institut dan menjadi Universitas, dalam konteks riset mendapatkan momentumnya. Dari PTK untuk Indonesia dan dunia,” tutur Ruchman.Program MoRA The Air Funds diharapkan dapat mengubah pola riset dari model individual dan monodisiplin menjadi kolaboratif dan interdisipliner.Pendekatan tersebut diyakini akan memperkuat kontribusi riset PTK dalam pengembangan keilmuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Dalam menghadapi tantangan peningkatan kualitas akademik di masa depan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam juga tengah menyiapkan strategi lanjutan untuk memperkuat kompetensi dosen melalui pelatihan dan kolaborasi internasional.Langkah tersebut diwujudkan melalui lokakarya intensif dan program pemagangan (internship) di sejumlah lembaga riset terkemuka dunia yang memiliki reputasi tinggi dalam pengembangan ilmu dan inovasi.Salah satu lembaga yang menjadi acuan adalah Alexander von Humboldt Foundation di Jerman, yang dikenal sebagai pusat kolaborasi penelitian global.Selain itu, Kemenag juga menjalin komunikasi dengan Institut National de la Recherche pour l’Agriculture, l’Alimentation et l’Environnement (INRAE) di Prancis dan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) di Australia.Ketiga lembaga tersebut memiliki pengalaman panjang dalam riset lintas disiplin dan dapat menjadi mitra strategis dalam memperkaya perspektif global para dosen PTK.“Melalui program–lokakarya, dosen akan dibekali metode pedagogi modern, penggunaan teknologi digital dalam pengajaran agama, serta manajemen riset yang relevan dengan konteks internasional,” ungkap SahironIa menambahkan, pemagangan di lembaga-lembaga tersebut akan memberi pengalaman langsung bagi dosen dalam memahami kultur riset global, membangun jaringan ilmiah internasional, dan menghadapi tantangan penelitian lintas negara yang relevan dengan studi keagamaan di dalam negeri.Menurut Sahiron, kombinasi antara pelatihan pedagogi modern dan pengalaman riset internasional akan memperkuat kemampuan dosen tidak hanya dalam mengajar, tetapi juga dalam publikasi ilmiah global.“Dosen di lingkungan perguruan tinggi keagamaan akan memiliki daya saing akademik dan riset yang lebih kuat, sekaligus mampu membawa perspektif Indonesia ke ranah ilmiah internasional,” ujarnya.Program penguatan kapasitas tersebut menjadi bagian integral dari visi besar Kemenag dalam membangun ekosistem riset dan inovasi yang inklusif.MoRA The Air Funds pun diharapkan dapat menjadi katalis transformasi akademik, di mana riset keagamaan tidak hanya menghasilkan teori, tetapi juga solusi nyata bagi masyarakat dan pembangunan nasional.Dengan kolaborasi lintas lembaga dan dukungan LPDP, Kemenag optimistis program tersebut dapat menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045.Dengan visi tersebut, pendapatan per kapita meningkat, kemiskinan menurun hingga mendekati nol persen, daya saing SDM menguat, serta kontribusi Indonesia di kancah global semakin signifikan.

Mirror Edition - Daily News and Expert Opinions http://m.balinewshub.cc/