Tanggapi Jokowi, Pakar Ekonomi: Proyek Whoosh Sebagai Investasi Sosial Tidak Bisa Jadi Pembenaran
2025-11-07 07:14:42
SURABAYA,Nusantara - Pakar ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menyoroti pernyataan mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik.Jokowi menegaskan bahwa Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh dibangun bukan untuk mencari keuntungan finansial, melainkan sebagai investasi sosial bagi masyarakat.Dosen Departemen Ilmu Ekonomi dari Unair, Rumayya, PhD mengatakan bahwa Whoosh memang bukan proyek komersial biasa karena manfaatnya mencakup peningkatan konektivitas, efisiensi waktu tempuh, serta transfer teknologi dan keahlian."Namun, label ‘investasi sosial’ tidak dapat menjadi pembenaran,” kata Rumayya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/10/2025).Baca juga: Beban Hutang Kereta Cepat Whoosh Berisiko Turunkan Layanan PT KAIIa menjelaskan bahwa biaya proyek Whoosh sangatlah tinggi dengan total investasi mencapai sekitar 7,3 miliar dolar AS untuk jarak kurang lebih 142 kilometer.Artinya, per kilometernya memakan biaya sekitar 51 juta dolar AS, yang mana menjadi salah satu proyek kereta cepat termahal di dunia.“Untuk perbandingan, biaya per kilometer kereta cepat di China sekitar 22 juta dolar AS, di India sekitar 39 juta dolar AS. Padahal GDP (Produk Domestik Bruto) per kapita Indonesia jauh lebih rendah," kata dia.Hal tersebut berarti beban fiskal yang harus ditanggung Indonesia relatif jauh lebih berat.Selain itu, adanya produktivitas konstruksi yang rendah sebab dibutuhkan lebih banyak pekerja dan waktu per kilometer dibandingkan proyek kereta cepat negara lain.Baca juga: KPK Didorong Usut Dugaan Mark Up Proyek Kereta Cepat WhooshMenurut proyeksi awal, Japan International Cooperation Agency (JICA) pada 2015 memprakirakan jumlah penumpang harian Whoosh mencapai diatas 50.000.Namun, realisasi operasional yang didapatkan hingga saat ini, penumpang harian Whoosh hanya sekitar 16.000 sampai 21.000 penumpang per harinya.“Ini artinya utilisasi masih jauh di bawah target awal, maka konsekuensinya semakin rendah pemanfaatan, semakin besar risiko proyek tidak bisa menutup biaya operasional dan utangnya. Hal ini memperbesar ketergantungan pada subsidi atau restrukturisasi utang,” jelasnya.Ia menuturkan, hingga saat ini juga belum tersedia dokumen publik yang menghitung secara terbuka net benefit dari proyek pembangunan Whoosh.“Tidak ada laporan resmi yang menunjukkan manfaat sosial secara kuantitatif dikurangi semua biaya sosial dan fiskal,” ujarnya.Baca juga: KPK Telaah Saksi yang Akan Diperiksa terkait Dugaan Mark Up Proyek Kereta Cepat WhooshMeskipun, lanjutnya, terdapat narasi umum mengenai efisiensi waktu, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), dan investasi regional, tapi belum ada laporan mengenai cost–benefit komprehensif yang dapat diuji publik.