Starbucks Lepas 60 Persen Saham di China, Boyu Capital Ambil Alih Operasional
2025-11-07 06:47:57
– Starbucks akan melepas sebagian besar sahamnya di bisnis China.Diberitakan BBC,stadium perusahaan kopi asal Amerika Serikat ini menjual 60 persen saham operasionalnya kepada Boyu Capital, perusahaan investasi asal Asia, dengan nilai transaksi 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 66,9 triliun.Dalam kesepakatan itu, Starbucks tetap memegang 40 persen saham dan mempertahankan kepemilikan atas merek Starbucks di China.Baca juga: Purbaya Pastikan Pegawai yang Sering Nongkrong di Starbucks Bukan dari Bea CukaiStarbucks pertama kali masuk ke pasar China pada 1999. Kini, pasar tersebut menjadi yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat.Namun, beberapa tahun terakhir, perusahaan menghadapi tekanan berat dari pesaing lokal seperti Luckin Coffee yang tumbuh cepat dengan strategi harga murah dan promosi agresif.Starbucks akan tetap berkantor pusat di Shanghai dan kini mengoperasikan sekitar 8.000 gerai di seluruh China.Perusahaan menargetkan ekspansi besar hingga 20.000 gerai dalam beberapa tahun mendatang.Manajemen menyebut kerja sama dengan Boyu Capital sebagai “tonggak penting” bagi rencana pertumbuhan jangka panjang di China.Dalam pernyataannya, Starbucks menilai bisnis ritelnya di negara itu bernilai 13 miliar dollar AS atau sekitar Rp217,4 triliun.“Kolaborasi ini menggabungkan kekuatan merek global Starbucks, keahlian dalam kopi, dan budaya yang berfokus pada karyawan dengan pemahaman mendalam Boyu terhadap konsumen China,” tulis manajemen Starbucks.Baca juga: Usai Umumkan PHK 900 Karyawan, Starbucks Ungkap Rencana Ekspansi di 2026Perusahaan juga akan memperkenalkan produk minuman baru dan memperluas layanan digital di negara tersebut. Kesepakatan ini dijadwalkan rampung tahun depan.Boyu Capital dikenal sebagai perusahaan ekuitas swasta dengan portofolio investasi di sektor ritel, jasa keuangan, dan teknologi. Mereka memiliki kantor di Shanghai, Hong Kong, dan Singapura.Restrukturisasi ini dilakukan setelah masa depan Starbucks di China sempat dipertanyakan.Tahun lalu, mantan CEO Laxman Narasimhan menyebut perusahaan tengah menjajaki “kemitraan strategis” untuk memperkuat posisi di pasar yang sangat kompetitif itu.