Kepala BNPB: Megathurst Tak Perlu Dibesar-besarkan, yang Penting Tingkatkan Kesiapan Masyarakat
2025-11-07 07:14:44
KEBUMEN,researcher – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto menegaskan bahwa fenomena Megathrust atau gempa bumi berskala besar yang berpotensi memicu tsunami bukanlah hal yang perlu ditakuti secara berlebihan.Suharyanto menyebut Megathrust harus dihadapi dengan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat.Pernyataan tersebut disampaikan Suharyanto saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Kebumen, Selasa (4/11/2025).Menurutnya, istilah megathrust atau megatrust memang benar ada dan berpotensi terjadi di beberapa titik rawan di Indonesia, termasuk kawasan pesisir selatan Jawa.Baca juga: Pakar Geologi Ungkap Gempa 5,7 M Banyuwangi Bukan dari Zona Megathrust dan Tak Berpotensi TsunamiNamun, ia mengingatkan agar isu tersebut tidak dibesar-besarkan hingga menimbulkan keresahan publik."Megathrust itu memang ada, sudah pernah terjadi beberapa kali. Tapi kapan terjadinya, tidak ada yang tahu. Jadi tidak perlu membesar-besarkan di media dan menakut-nakuti masyarakat,” ujar Suharyanto.Ia menjelaskan, langkah paling tepat yang harus dilakukan masyarakat dan pemerintah daerah adalah memperkuat kesiapan menghadapi bencana.BNPB, kata dia, bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melakukan berbagai langkah antisipasi sejak 2020, termasuk pemasangan alat deteksi dini gempa dan tsunami di titik-titik rawan sepanjang pantai selatan Jawa.“Dari tahun 2020 sampai 2025, BNPB bekerja sama dengan BMKG memasang alat pemantau di sepanjang titik-titik yang diperkirakan menjadi pusat gempa dan megathrust. Dengan alat ini, peringatan dini bisa lebih cepat diterima masyarakat,” jelasnya.Selain memasang sistem deteksi dini, BNPB juga melakukan pelatihan kepada masyarakat desa yang berada di zona rawan bencana, termasuk di wilayah Kebumen.Baca juga: Dewan Pertahanan Ingatkan Ancaman Megathrust Pesisir Barat dan Selatan JawaWarga dilatih untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini, memahami jalur evakuasi, serta mengetahui langkah yang harus dilakukan ketika peringatan dikeluarkan.“Saya yakin di Kebumen juga sudah ada beberapa desa yang dilatih. Mereka sudah tahu, kalau ada peringatan harus lari ke mana, siapa yang memimpin kelompok evakuasi, dan apa yang dilakukan,” tutur Suharyanto.Ia mencontohkan, peningkatan pemahaman masyarakat sangat penting agar kesalahan fatal seperti pada peristiwa tsunami masa lalu tidak terulang kembali.“Dulu, waktu air laut surut, masyarakat malah lari ke tengah laut cari ikan. Padahal sebentar lagi datang gelombang besar. Sekarang sudah tidak seperti itu. Mereka sudah tahu, kalau air surut itu tanda bahaya dan harus segera menjauh dari pantai,” ucapnya.BNPB juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus memelihara budaya kesiapsiagaan dan tanggap bencana sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.“Kita tidak bisa menghentikan bencana alam, tapi kita bisa memastikan bahwa masyarakat kita siap dan tahu apa yang harus dilakukan,” tegasnya.