TOP

Kemenhut: Gajah Sumatera di Bentang Sebelat Terdesak Perambah, Tersisa 25 Ekor

2025-11-07 06:53:28
BENGKULU,sports - Wakil Menteri Kehutanan, Rohmat Marzuki, mengemukakan populasi gajah Sumatera yang hidup di Bentang Sebelat, Provinsi Bengkulu, kini tersisa sekitar 25 ekor akibat terdesak perambahan hutan oleh perkebunan sawit.Hal itu disampaikan Rohmat saat mengunjungi kawasan koridor gajah Bentang Alam Sebelat, tepatnya di Hutan Produksi Terbatas (HPT) Lebong Kandis, Desa Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.“Saat ini di Bentang Sebelat teridentifikasi 25 ekor gajah, sepuluh gajah jinak di Taman Wisata Alam (TWA) Sebelat, lima ekor gajah di HP Air Teramang, HPT Air Ipuh II, dan HPT Air Ipuh I atau di konsesi PT Bentara Arga Timber (BAT),” kata Rohmat, Rabu (5/11/2025).Ia menambahkan, di HPT Lebong Kandis dan HP Air Rami atau di dalam konsesi PT Anugerah Pratama Inspirasi (API) terdapat enam ekor gajah liar dan empat ekor gajah jantan liar.“Total tersisa 25 ekor. Mereka terbagi dalam dua koloni terpisah antara HP Air Ipuh II dan HP Air Rami yang kini terputus karena perambahan,” ujarnya.Baca juga: Rohmat Marzuki: Gajah Sumatera Terdesak akibat Hutan Dirambah SawitRohmat mengungkapkan, meski habitatnya terdesak, masih ditemukan tiga anak gajah yang dikawal dua gajah dewasa. Hal itu menandakan populasi gajah liar masih berkembang biak.Ia menegaskan, pemerintah memandang serius terdesaknya habitat gajah akibat perambahan sawit. Instruksi Presiden dan Menteri Kehutanan, kata dia, menegaskan agar kawasan hutan yang menjadi kantong gajah di Indonesia, termasuk di Bentang Sebelat, harus diamankan.“Ada 22 kantong gajah di Sumatera, termasuk di Bentang Sebelat. Semua harus diamankan. Kalau rusak, kita pulihkan supaya habitatnya terjaga dan populasinya bisa bertambah,” lanjutnya.Dalam kunjungan tersebut, Rohmat menyatakan pemerintah akan melakukan penguasaan kembali serta memperkuat pengamanan hutan yang telah dirambah.“Nantinya akan dibuat pos pengamanan dan pemantauan di lokasi hutan yang dirambah,” ujarnya.Ia juga meminta PT BAT dan PT API yang mengelola hasil hutan berupa kayu di kawasan tersebut untuk ikut berkontribusi dalam penyelamatan kawasan dan gajah.“PT API dan PT BAT wajib mengamankan kawasan bersama kami. Mereka harus punya SDM untuk amankan kawasan, dan wajib terlibat memulihkan ekosistem. Lima belas tahun sudah mereka manfaatkan hasil hutan dari izin yang kami berikan,” ucap Rohmat.Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu, Syafnizar, menilai pemulihan kawasan hutan yang rusak membutuhkan kolaborasi banyak pihak. Ia juga mendorong evaluasi perizinan perusahaan pengelola hasil hutan.“Kami mendorong langkah pemerintah untuk mengevaluasi perizinan perusahaan yang mengelola hasil hutan serta terlibat aktif menyelamatkan kawasan dan habitat gajah,” kata Syafnizar.Kepala BKSDA Bengkulu, Himawan Sasongko, optimististis penyelamatan habitat gajah masih dapat dilakukan.“Kami optimis penyelamatan gajah masih bisa dilakukan karena masih ada koloni yang bagus, meski sudah ada yang rusak. Instruksi dan arahan Pak Wamen tadi sudah jelas,” ujarnya.Sebelumnya, Koalisi Selamatkan Bentang Seblat melaporkan bahwa dalam periode Januari 2024 hingga Oktober 2025, sekitar 1.585 hektare hutan habitat gajah di Bengkulu telah beralih fungsi menjadi perkebunan sawit.Berdasarkan pemantauan koalisi, diduga kuat telah terjadi jual beli kawasan hutan di Bentang Sebelat hingga ratusan hektare di Kabupaten Mukomuko. Wilayah Bentang Sebelat sendiri masuk dalam Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) koridor gajah seluas 80.987 hektare, yang menjadi jalur jelajah gajah Sumatera di Bengkulu, dengan populasi diperkirakan tak lebih dari 50 ekor.

Mirror Edition - Daily News and Expert Opinions http://m.balinewshub.cc/